Di Indonesia 98% peternakan sapi merupakan peternakan tradisional dan 2% adalah peternakan komersial. Sistem manajemen peternakan yang digunakan adalah sistem pemeliharaan intensive dan semi intensive pada umumnya digunakan di Indonesia bagian barat(47%). Sedangkan di Indonesia bagian timur (53%) Sistem manajemen peternakan yang digunakan pada umumnya adalah sistem pemeliharaan extensive.
Selain itu, masih ada peternak yang menggunakan metode pengobatan yang kurang tepat dalam mengatasi penyakit pada ternaknya. Contohnya, penggunaan daun tembakau yang digunakan untuk mengobati myiasis. Pengobatan hanya dilakukan pada permukaan saja, akibatnya luka myiasis semakin melebar. Atau scabies yang diobati dengan menggosok daun yudium. Akibatnya scabies semakin melebar dan timbul luka baru yang lebih meluas.
Keterlambatan penanganan pada penyakit ternak ini dapat berakibat kematian pada ternak. Salah satu penyebab keterlambatan penanganan ini karena jauhnya akses petugas kesehatan hewan dengan peternak.
Ditengah perkembangan era yang semakin digital, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) memanfaatkan teknologi siber untuk memberikan informasi mengenai kesehatan ternak melalui aplikasi berbasis android yang dikenal dengan nama TAKESI.
TAKESI adalah aplikasi informasi kesehatan sapi berbasis android yang dapat diakses secara GRATIS menggunakan ponsel. Dalam pengembangannya, aplikasi ini melibatkan para ahli yang berkompeten di bidang Kesehatan hewan, termasuk para praktisi di lapangan.
Aplikasi ini terdiri dari empat menu utama yaitu penyakit dan gangguan reproduksi pada sapi indukan, penyakit dan gangguan pada anak sapi, manajemen kesehatan sapi dan kontak ahli. Isi setiap informasi penyakit yang diunggah adalah informasi ringkas tentang penyakit/gangguan reproduksi, gejala klinis penyakit, cara penularan, pengobatan dan pencegahan.
Aplikasi ini bertujuan untuk mengembangkan sistem informasi kesehatan hewan untuk memberikan edukasi kepada peternak sapi untuk mengenal penyakit dan gangguan reproduksi. Dengan demikian, peternak mampu memberikan laporan gamban klinis yang lebih jelas kepada petugas kesehatan hewan.
Diharapkan dengan penggunaan aplikasi ini dapat meminimalkan jumlah kematian ternak sapi melalui pemahaman penyakit dan gangguan reproduksi kepada peternak.
Sumber: Litbang Kementerian Pertanian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar