Seorang penuntut ilmu tidak akan memperoleh ilmu, dan tidak dapat mengambil manfaat dari ilmu itu, kecuali dengan menakzimkan ilmu dan para ahlinya. Artinya seorang penuntut ilmu harus memuliakan dan menghormati para ustadz jika ingin memperoleh ilmu.
"Seseorang tidak akan sampai pada suatu tujuan kecuali dengan penghormatan dan tidak akan terjatuh kecuali dengan meninggalkan penghormatan," kata Imam Az-Zarnuzi dalam karangannya Ta'lim Al Muta'allim.
Imam Az-Zarnuzi mengatakan, penghormatan itu lebih utama daripada ketaatan. Menurutnya tidakkah kita melihat bahwa seseorang tidak kafir dengan kemaksiatan dan dapat kafir dengan meninggalkan penghormatan.
Di antara wujud memuliakan ilmu adalah dengan menghormati guru. Imam Zanurzi menyampaikan bagaimana teladan Khalifah Ali RA memberikan suatu penghormatan kepada seseorang yang telah mengajarinya satu hal meski sedikit.
Ali bin Abi Thalib berkata. "Aku adalah hamba sahaya bagi orang yang mengajariku satu huruf, jika mau dia boleh menjualku dan jika mau dia membebaskanku.”
Menurut Imam Az-Zarnuzi, sesungguhnya orang yang mengajarimu satu huruf yang kamu butuhkan dalam urusan agama, sejatinya di adalah bapakmu dalam agama.
Guru kami Asy Syekh Al Imam Sadidudin Asy Syirazi berkata, "Guru-guru kami berkata siapa yang menginginkan anaknya menjadi seorang alim, hendaknya dia memperhatikan para fuqoha yang terasing, menghormati mereka, mengagungkan mereka, dan memberi mereka sesuatu. Jika nanti anaknya tidak menjadi seorang alim, maka cucunya lah yang akan menjadi seorang alim."
Menurutnya, salah satu cara menghormati seorang alim adalah tidak berjalan di depannya, tidak menduduki tempat duduknya, tidak memulai pembicaraan di hadapannya, kecuali atas izinnya, tidak banyak berbicara di hadapannya, tidak bertanya tentang sesuatu saat sedang bosan, memperhatikan waktu dan tidak mengetuk pintunya tetapi sabar menantinya hingga ia keluar.
Kesimpulannya, kata Imam Az-Zarnuji, seorang penuntut ilmu harus mencari ridha gurunya, menjauhi kemurkaannya. Melaksanakan perintahnya selama bukan maksiat, karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam rangka bermaksiat kepada Allah.
Hal tersebut menurutnya selaras dengan sabda Nabi yang artinya. "Sesungguhnya seburuk-buruk manusia adalah yang membuang agamanya demi mengincar dunia orang lain dan dengan bermaksiat kepada sang pencipta."
Sumber: Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar